
TURKINESIA.NET – ANKARA. Setahun lalu, serangan brutal oleh pasukan rezim Bashar Assad menewaskan 34 tentara Turki di provinsi Idlib, Suriah barat laut.
Daerah yang menjadi sasaran milisi Assad adalah zona de-eskalasi, kawasan khusus di mana tindakan agresi secara tegas dilarang oleh serangkaian perjanjian antara Turki, Rusia, dan Iran.
Pada bulan September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Tetapi lebih dari 1.300 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia di zona de-eskalasi sejak saat gencatan senjata terus dilanggar.
Zona de-eskalasi saat ini menjadi rumah bagi 4 juta warga sipil, termasuk ratusan ribu pengungsi dalam beberapa tahun terakhir oleh pasukan rezim di seluruh negara yang dilanda perang.
Lebih dari 1,7 juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki karena serangan hebat.
Pasukan Turki dikerahkan di sana untuk memantau kepatuhan perjanjian dan melindungi warga sipil setempat.
Tak lama setelah serangan mematikan itu, Turki meluncurkan Operasi Perisai Musim Semi, suatu aksi militer lintas perbatasan keempat negara itu di Suriah. Ankara menekankan bahwa satu-satunya tujuan operasi itu adalah pertahanan diri terhadap tentara rezim dan unit yang telah menyerang pasukan Turki di daerah tersebut.
Sebelumnya, selama berminggu-minggu Turki mengultimatum bahwa akhir Februari akan menjadi tenggat waktu bagi pasukan rezim untuk menarik diri dari pos-pos pengamatan Turki yang ditentukan berdasarkan kesepakatan Rusia-Turki tahun 2018 yang dicapai di Sochi. Para pejabat menjelaskan bahwa jika pasukan rezim tidak mundur, operasi militer Turki akan segera dilakukan.
https://turkinesia.com/index.php/2020/02/28/33-tentara-turki-gugur-dalam-serangan-udara-rezim-di-idlib-suriah/
Militer Turki mempertahankan 12 pos pengamatan di Idlib yang didirikan setelah itu untuk mencegah serangan rezim, tetapi selama berbulan-bulan wilayah tersebut telah berada di bawah serangan brutal pasukan Assad, sering kali disertai dengan dukungan udara Rusia.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa selama operasi yang berlangsung hampir seminggu, lebih dari 3.000 elemen rezim telah terbunuh di wilayah Idlib. Serangan itu juga menghancurkan ratusan perangkat keras militer termasuk tank, howitzer, pesawat terbang, helikopter, drone, sistem pertahanan udara, dan kendaraan lapis baja.
Pada 5 Maret 2020, Presiden Recep Tayyip ErdoÄŸan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin guna membahas situasi di Idlib. Setelah negosiasi, mereka mengumumkan bahwa gencatan senjata akan dimulai pada tengah malam. Sebuah protokol tercapai, menetapkan pembentukan koridor keamanan sedalam 6 kilometer (3,7 mil) ke utara dan selatan dari jalan raya M4. Selain itu, patroli gabungan Turki-Rusia dimulai pada 15 Maret di sepanjang jalan raya M4 dari pemukiman Trumba, 2 kilometer sebelah barat kota strategis Saraqib, ke Ain-Al-Havr.
Kesepakatan dengan Rusia telah menghentikan serangan rezim yang intensif di Idlib dan membawa perdamaian relatif ke negara yang dilanda perang itu.
Sumber: Daily Sabah
Viva La Turkiye…