
TURKINESIA.NET – MADRID. Media Spanyol El Pais mengabarkan adanya upaya Spanyol dan Italia untuk memperlunak deklarasi permusuhan oleh Presiden Prancis Emmanuel Marcon terhadap Presiden Erdogan dan Turki. Upaya tersebut karena kekhawatiran Spanyol dan Italia bahwa pesan yang lebih keras terhadap Turki akan memperburuk keadaan.
“Spanyol dan Italia, didukung oleh Portugal dan Malta, kemarin bergabung di KTT MED7, forum informal negara-negara Uni Eropa selatan untuk menahan serangan yang ingin dipercepat oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron terhadap Turki,” tulis El Pais pada 11 September dalam artikel yang mengutip sumber diplomatik anonim.
Sumber tersebut berpendapat bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron ingin menyampaikan pesan yang lebih keras untuk Turki dalam deklarasi tersebut, tetapi ia ditahan oleh Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
Sanchez menekankan bahwa Spanyol berkomitmen untuk berdialog, sementara Conte menekankan, “Adalah kewajiban kami untuk mengekang ketegangan. Kami harus mencari solusi pragmatis,” menurut surat kabar itu.
Surat kabar tersebut, mengutip sumber-sumber diplomatik Spanyol, menunjukkan bahwa beberapa negara yang berpartisipasi dalam KTT tersebut mengungkapkan ketakutan mereka bahwa ketegangan darurat di Mediterania timur akan berubah menjadi konflik yang berbahaya.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa Portugal dan Malta juga mendukung posisi Spanyol dan Italia selama KTT yang diselenggarakan di pulau Corsica, Prancis.
Surat kabar itu menegaskan bahwa “agresi Macron terhadap Turki, yang ingin dia percepat, dikendalikan atas prakarsa negara-negara ini.”
Ia mencontohkan bahwa posisi Spanyol dan Italia lebih dekat dengan posisi Jerman yang selalu mencari kesepahaman dengan Turki daripada eskalasi.
https://turkinesia.com/index.php/2020/09/14/yunani-perkuat-militer-untuk-hadapi-turki-borong-18-jet-tempur-prancis-fregat-dan-tambah-15-ribu-tentara/
Setelah KTT, Perdana Menteri Spanyol mengatakan bahwa eskalasi di Mediterania timur harus dikurangi. Dia menunjukkan bahwa ada kesenjangan mengenai dialog nyata antara Turki dan Uni Eropa dan bahwa mereka harus fokus untuk menjembatani kesenjangan ini dengan tekad dan transparansi.
El Pais mengindikasikan bahwa Macron telah gagal memasukkan sanksi (terhadap Turki) dalam pernyataan terakhir yang juga ingin dia kemukakan selama pertemuan Dewan Eropa mendatang pada 25 September.
Turki pada 11 September menganggap pernyataan para pemimpin Eropa selatan yang mengancam sanksi terhadap Ankara dalam kebuntuannya dengan Yunani atas hak energi dan maritim Mediterania timur sebagai “bias”.
“Ungkapan dalam komunike bersama… bias, terputus dari kenyataan dan tidak memiliki dasar hukum,” kata kementerian luar negeri setelah pertemuan puncak yang diselenggarakan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 10 September.
https://turkinesia.com/index.php/2020/09/09/anggota-parlemen-yunani-sebut-negaranya-buat-kesalahan-fatal-bersekutu-dengan-prancis/
Pernyataan itu menambahkan bahwa Yunani perlu “duduk tanpa syarat di meja perundingan dengan Turki” untuk mencapai dialog dan kerja sama di kawasan itu.
Athena perlu menarik kapal militernya dari sekitar kapal survei Oruç Reis Turki untuk mengurangi ketegangan, kata pernyataan tersebut.
Sumber: Daily Sabah Arabic/Hurriyet Daily News
Kurang paham
Dialog adalah jalan terbaik untuk semya negara….