
Deretan pasukan khusus Ottoman di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II al-Fatih saat penaklukan Konstantinopel. Sultan Mehmed II al-Fatih berhasil membebaskan Konstantinopel bersama pasukan terbaik yang ia bawa.
Sebelum menaklukan Konstantinopel, Sultan Mehmed II al-Fatih membagi pasukannya dalam tiga gelombang.
Berikut ulasan pasukan khusus Ottoman saat menaklukan Konstantinopel.
1. Pasukan Azap (pasukan lajang)
Pasukan pertama adalah pasukan para lajang. Kenapa pasukan para pasukan lajang ditugaskan paling pertama? Karena pasukan ini memiliki semangat paling tinggi dan tubuhnya masih sangat kuat. Sehingga ditugaskan pertama untuk maju.
Pasukan ini bukan pasukan reguler sehingga mereka tidak memiliki baju Zirah lengkap. Selain itu, mereka pun tidak memiliki persenjataan yang lengkap.
Mereka ditugaskan maju jam 2-4 dini hari untuk melawan musuh agar musuh merasa kelelahan. Kemudian jam 4 subuh, Muhammad Al-Fatih menarik pasukan Azap dan menggantikan mereka dengan pasukan selanjutnya.
2. Pasukan Sipahi (pasukan reguler)
Pasukan Sipahi adalah pasukan yang dilengkapi senjata berat dan berzirah lengkap. Ditugaskan pukul 4-6 dini hari untuk maju.
Pada pukul 6, ketika pasukan Sipahi mulai merasakan capek dan musuh semakin gencar untuk melawan, maka Muhammad Al-Fatih mengirimkan pasukan selanjutnya.
3. Pasukan Janissari (pasukan khusus)
Pasukan Janissari memang paling the best dan paling ditakuti oleh lawan. Banyak penulis Barat yang jujur mengakui kekuatan tentara muslim.
Salah satunya dari pengembara Prancis, Bertrandom de la Broquiere yang bertemu tentara muslim pada 1430-an. Ia mengatakan bahwa tentara muslim memiliki karakter rajin dan sederhana.
Kurang lebih 6.000 Janissari dikerahkan Sultan Mehmed II al-Fatih bersama 80 ribu pasukan Turki Usmani lainnya. Dalam serangan laut, Laksamana laut Turki Usmani dipimpin seorang Janissari berhasil membakar armada laut galley Bizantium. Mereka sukses menewaskan 12 ribu pasukan Bizantium.
Sultan Mehmed II al-Fatih sukses memenangkan perang setelah memerintahkan sebagian armada kapal Angkatan Laut Turki Usmani untuk diangkat melewati daratan. Dengan begitu, mereka dapat melewati jebakan rantai di sekitar Golden Horn menuju Laut Marmara.
Sesampainya di sana, secara bersamaan, lebih dari 10.000 pasukan bersama seluruh armada Turki Usmani menyerang Kota Konstantinopel pada hari berikutnya. Mereka menyerang dengan senjata unggulan, meriam ukuran raksasa “Orban”.
Penyerangan ini berakhir setelah Sultan Mehmed II berhasil mengambil Kota Byzantium. Kemudian, kota ini diubah menjadi ibu kota baru Turki Usmani, Istanbul.
Sumber: inews