
TURKINESIA.NET – TARHUNA. Setelah dibebaskan oleh tentara Libya pekan lalu dari para milisi yang setia kepada jenderal Khalifa Haftar, pemerintah kota barat laut Tarhuna dikagetkan dengan penemuan banyak kuburan massal di sekitar daerah tersebut.
Sejauh ini, lebih dari 150 mayat, termasuk wanita dan anak-anak, telah digali dari kuburan massal bekas benteng terakhir Haftar di Libya barat.
Sebanyak delapan kuburan massal, sebagian besar di dalam kota Tarhuna, telah ditemukan di Libya, menurut data yang dikeluarkan oleh PBB.
Pihak berwenang Libya pada 5 Juni mengumumkan bahwa mereka menemukan 106 mayat di sebuah rumah sakit di Tarhuna segera setelah dibebaskan dari pasukan Haftar.
Pernyataan tertulis oleh Operasi Burkan Al-Ghadab (Gunung Berapi Kemarahan) milik tentara mengatakan bahwa menurut evaluasi awal, para korban telah dieksekusi.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Amin al-Hashemi mengatakan ada tanda-tanda penyiksaan pada sebagian besar mayat.
Menteri Dalam Negeri Libya Fathi Bashagha mengumumkan pada hari Kamis bahwa pasukan Haftar telah membakar beberapa tahanan dalam wadah dan mengubur puluhan lainnya hidup-hidup di kuburan massal, menurut laporan awal.
Orang-orang lain yang dieksekusi oleh anggota milisi Haftar dibuang ke sumur air.
Bashagha mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh akun media sosial dari Operasi Burkan Al-Ghadab, pasukan keamanan Libya mendokumentasikan banyak “kejahatan terhadap kemanusiaan” yang dilakukan oleh milisi Haftar di kota Tarhuna.
“Hampir 160 mayat telah ditemukan di Tarhuna setelah dibebaskan oleh tentara Libya,” kata Buravi Masud Muhammad Abu Zeyd, seorang wakil kepala dokter di sebuah rumah sakit di kota itu kepada Anadolu Agency.
Kementerian Kehakiman Libya membentuk komisi penelitian untuk menyelidiki insiden di kota itu.
Misi Dukungan PBB di Libya pada hari Kamis (UNSMIL) menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut.
“UNSMIL mencatat laporan-laporan horor tentang penemuan setidaknya delapan kuburan massal dalam beberapa hari terakhir, sebagian besar di Tarhuna,” cuitan UNSMIL.
“Hukum internasional mengharuskan pihak berwenang melakukan investigasi yang cepat, efektif & transparan terhadap semua kasus yang diduga sebagai kematian ilegal.”
UNSMIL mendesak para penyelidik “untuk segera melakukan pekerjaan yang bertujuan mengamankan kuburan massal, mengidentifikasi para korban, menetapkan penyebab kematian dan mengembalikan jenazah ke keluarga terdekat,
UNSMIL menyatakan kesiapan untuk memberikan dukungan sesuai kebutuhan.
Pemerintah Libya yang diakui secara internasional telah diserang oleh pasukan Haftar sejak April 2019, dengan lebih dari 1.000 tewas dalam kekerasan.
Pemerintah meluncurkan Operation Peace Storm pada bulan Maret untuk melawan serangan terhadap ibukota dan baru-baru ini mendapatkan kembali lokasi-lokasi strategis, termasuk pangkalan udara Al-Watiya dan Tarhuna.
Sumber: Anadolu Agency English