
TURKINESIA.NET – ANKARA. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara resmi mengakui pembantaian orang-orang Armenia oleh Kesultanan Ottoman sebagai genosida. Biden menjadi presiden AS pertama yang melakukan hal itu, mempertaruhkan potensi perpecahan dengan Turki.
“Setiap tahun pada hari ini, kami mengingat kehidupan semua orang yang meninggal dalam genosida Armenia era Ottoman dan berkomitmen kembali untuk mencegah kekejaman seperti itu terjadi lagi,” kata Biden dalam sebuah pernyataan yang menandai peringatan 106 tahun dimulainya pembantaian.
“Hari ini, saat kita berduka atas apa yang hilang, marilah kita juga mengalihkan pandangan kita ke masa depan – menuju dunia yang ingin kita bangun untuk anak-anak kita. Dunia yang tidak ternoda oleh kejahatan sehari-hari dari kefanatikan dan intoleransi, di mana hak asasi manusia dihormati, dan di mana semua orang dapat mengejar hidup mereka dengan bermartabat dan aman,” sambung Biden.
“Mari kita perbarui tekad kita bersama untuk mencegah kekejaman di masa depan terjadi di mana pun di dunia. Dan mari kita mengupayakan penyembuhan dan rekonsiliasi untuk semua orang di dunia,” kata Biden seperti dikutip dari CNN, Minggu (25/4/2021).
Langkah tersebut memenuhi janji kampanye Biden untuk akhirnya menggunakan kata genosida DALAM menggambarkan pembunuhan sistematis dan deportasi lebih dari satu abad lalu. Para pendahulu Biden di Gedung Putih telah berhenti menggunakan kata-kata itu, karena khawatir akan merusak hubungan dengan sekutu regional utamanya.
Presiden Barack Obama dan Donald Trump sama-sama menghindari penggunaan kata genosida untuk menghindari kemarahan Ankara.
Sebelumnya, Biden telah berbicara melalui telepon dengan Erdogan pada hari Jumat. Ini adalah percakapan pertamanya dengan pemimpin Turki itu sejak menjabat sebagai Presieden AS. Jangka waktu yang lama tanpa komunikasi telah ditafsirkan sebagai tanda bahwa Biden kurang mementingkan hubungan AS dengan Turki ke depannya.
Kedua pria itu sepakat untuk bertemu langsung di sela-sela KTT NATO pertengahan Juni ini di Brussels. Gedung Putih mengatakan Biden menyampaikan minatnya pada hubungan bilateral yang konstruktif dengan area kerja sama yang diperluas dan manajemen perselisihan yang efektif, tetapi pernyataan itu tidak menyebutkan masalah genosida Armenia.
Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu menyatakan Turki sepenuhnya menolak penggunaan istilah genosida oleh Biden.
“Kata-kata tidak dapat mengubah sejarah atau menulis ulang,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam tanggapan Twitter atas pernyataan Biden pada hari Sabtu, yang secara resmi menyebut peristiwa antara 1915 hingga 1923 sebagai “genosida,” sebuah istilah yang para pendahulu Biden ragu-ragu untuk menggunakannya.
“Kami tidak akan mengambil pelajaran tentang sejarah kami dari siapa pun. Oportunisme politik adalah pengkhianatan terbesar bagi perdamaian dan keadilan. Kami sepenuhnya menolak pernyataan yang hanya berdasarkan populisme ini,” tweet Cavusoglu.
“Kami tidak akan diberi pelajaran tentang sejarah kami dari siapa pun. Oportunisme politik adalah pengkhianatan terbesar terhadap perdamaian dan keadilan. Kami sepenuhnya menolak pernyataan yang didasarkan pada populisme ini. # 1915Events,” Cavusoglu menambahkan seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (25/4/2021).
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan telah memanggil Duta Besar AS untuk Ankara terkait pengakuan Presiden Joe Biden atas pembantaian orang-orang Armenia di Kekaisaran Ottoman tahun 1915 sebagai genosida.
Pernyataan itu mengatakan, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Wakil Menteri Luar Negeri Sedat Onal telah mengatakan kepada Duta Besar AS David Satterfield bahwa pernyataan Biden tidak memiliki dasar hukum dan Ankara menolaknya, menganggapnya tidak dapat diterima dan mengutuknya dengan keras. Dikatakan bahwa pernyataan itu telah menyebabkan luka di ikatan yang akan sulit diperbaiki seperti dikutip dari Al Arabiya.
Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan bahwa AS harus melihat ke masa lalunya sendiri.
“Kami mengutuk keras dan menolak ucapan Presiden AS yang hanya mengulangi tudingan mereka yang agenda utamanya adalah permusuhan terhadap negara kami,” kata Kalin di Twitter.
“Kami menyarankan Presiden AS untuk melihat masa lalu dan masa kini (negaranya) sendiri,” ia menambahkan.
Pernyataan Biden mengakui secara resmi pembantaian orang-orang Armenia menjadi bersejarah karena ia adalah presiden AS pertama yang menyebut peristiwa yang dimulai pada tahun 1915 sebagai “genosida”. []