Tuesday, June 24, 2025
Islamophobia

Dicurigai radikal, Prancis interogasi 3 anak Turki berusia 10 tahun selama 11 jam

TURKINESIA.NET – PARIS.Komunitas Muslim di Prancis terus menerus mendapatkan gangguan akibat tindakan anti-Muslim dari pemerintahan Prancis, bahkan kini telah menyasar pada golongan anak-anak.

Tiga anak Turki baru-baru ini ditahan dan diinterogasi selama berjam-jam dengan tuduhan menguji kecenderungan mereka terhadap “radikalisasi.”

Di kolompok masyarakat Albertville, tenggara Prancis, tiga anak Turki dan seorang anak dari Afrika Utara yang semuanya berusia 10 tahun, dibawa ke kantor polisi pada Kamis setelah terjadi perselisihan mengenai pembunuhan brutal guru bahasa Prancis Samuel Paty dan kartun yang menghina Muslim, lapor harian Yeni Safak pada hari Jum’at.

Untuk mengetahui apakah mereka memiliki kecenderungan untuk diradikalisasi atau tidak, anak-anak tersebut diinterogasi selama 11 jam di pos.

Seorang ayah dari salah satu anak mengatakan bahwa polisi Prancis menggerebek rumahnya pada pagi hari. Sebelum jam 7 pagi, 10 petugas polisi dengan topeng mengetuk pintu dengan kasar dan masuk ke dalam rumah dengan senjata laras panjang di tangan mereka. Mereka telah mengambil foto-foto hiasan di dinding. Mereka memeriksa seluruh rumah untuk mencari bukti. Kemudian, mereka meminta kami untuk datang ke pos mereka dan membawa anak-anak kami kembali nanti,” kata ayah Turki itu.

“Ketika kami pergi ke pos, mereka mengajukan pertanyaan tentang keyakinan agama kami dan apa yang kami pikirkan tentang ketegangan antara (Presiden Prancis Emmanuel) Macron dan (Presiden Turki Recep Tayyip) Erdogan. Semua orang tahu keluarga kami. Sekolah (tempat anak-anak bersekolah) mengenal keluarga kami dengan sangat baik. Ada juga anak-anak lain yang bersekolah di sekolah yang sama. Kalau ada kecenderungan radikalisasi pasti tahu,” lanjutnya.

Polisi Prancis, menolak untuk mengomentari masalah tersebut, sementara para orang tua menyatakan bahwa mereka belum diberitahu tentang penahanan anak-anak mereka.

Seorang guru bernama Samuel Paty dibunuh dan dipenggal pada 16 Oktober di Conflans-Sainte-Honorine, di luar Paris oleh seorang remaja Chechnya setelah dia dikecam karena telah menunjukkan kartun pelecehan terhadap Nabi Muhammad di kelas tentang kebebasan berekspresi. Orang Muslim menganggap gambar Nabi Muhammad sebagai penghujatan dan karikatur sebagai pelanggaran terhadap iman mereka. Hukum Prancis sangat sekuler dan keyakinan agama tidak menerima perlindungan khusus. Majalah yang awalnya menerbitkan gambar tersebut, Charlie Hebdo, menjadi sasaran serangan pada tahun 2015 yang menewaskan 12 orang.

Menyusul pembunuhan mengerikan pria berusia 47 tahun itu, Macron melakukan pembelaan yang berapi-api atas kebebasan berekspresi, termasuk hak kartunis untuk mencerca tokoh agama.

Muslim Prancis menuduhnya mencoba menekan agama Islam dan melegitimasi kebencian anti-Muslim. Sikap Macron terhadap Islam, publikasi ulang karikatur yang menghina Nabi Muhammad SAW dan pemasangan foto-foto tersebut di dinding gedung telah memicu boikot produk Prancis di beberapa negara, antara lain Qatar, Kuwait, Aljazair, Sudan, Palestina, dan Maroko.

Turki juga mengutuk sikap Macron terhadap Muslim dan Islam. Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan pemimpin Prancis membutuhkan “pemeriksaan kesehatan mental.”

Kepresidenan Turki di Luar Negeri dan Komunitas Terkait (YTB) mengutuk penahanan anak-anak tersebut pada hari Jumat. YTB mengganggap langkah tersebut sebagai “Prancis mengamuk atas sikap anti-Islam.”

Ketua YTB, Abdullah Eren, dalam pernyataannya mengatakan bahwa langkah tersebut tidak dapat diterima karena tidak ada kaitannya dengan hukum apapun.

“Mereka bahkan tidak memberikan laporan resmi kepada keluarga,” kata Eren sambil menggarisbawahi bahwa sebagai YTB mereka akan terus memantau perkembangan masalah yang sangat sensitif itu.

Sebelumnya pada 3 November, Agence France-Presse (AFP) melaporkan bahwa dua anak berusia 12 tahun sedang diselidiki oleh polisi Prancis karena dicurigai mendukung terorisme, atas komentar selama perselisihan tentang pembunuhan Paty.

Menteri Dalam Negeri Gerard Darmanin mengatakan Senin bahwa 66 penyelidikan atas dugaan dukungan terorisme telah dibuka sejak kematian Paty, setelah peringatan kepada pengawas ekstremisme online Prancis, Pharos.

“Interogasi sering kali melibatkan kaum muda, berusia 12 hingga 16 tahun, yang telah menggunakan bahasa yang sangat menjijikkan,” kata Darmanin kepada panel parlemen.

Sumber: Daily Sabah

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Dicurigai radikal, Prancis interogasi 3 anak Turki berusia 10 tahun selama 11 jam […]

trackback

[…] Dicurigai radikal, Prancis interogasi 3 anak Turki berusia 10 tahun selama 11 jam […]

2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x