Macron sambut warganya bebas dari penculikan, ternyata sudah masuk Islam: Namaku Maryam

TURKINESIA.NET – PARIS. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut kepulangan warganya yang baru dibebaskan dari penculikan di Mali di Bandara Villacoublay, barat daya Paris. Sophie Petronin telah diculik di Mali pada 25 Maret dan disandera selama empat tahun.
Sophie mengatakan kepada media bahwa dirinya akan berdoa dan mencari berkah dari Tuhan untuk Mali, dan dia mengejutkan semua orang dengan mengumumkan dirinya telah menjadi seorang Muslimah dan nama barunya adalah Maryam.
Sophie dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (8/10) waktu Prancis menyatakan masuk Islam setibanya di tanah kelahirannya.
“Sukacita terbesar saya hari ini adalah mengetahui bahwa asisten saya dapat terus bekerja tanpa saya. Untuk Mali, saya akan berdoa, memohon berkah dan rahmat Allah, karena saya seorang Muslim. Anda mengatakan Sophie, tetapi Anda memiliki Maryam di depan Anda,” kata Petronin seperti dikutip oleh harian Prancis Le Point.
Dalam sebuah postingan Twitter, Macron mengatakan dia dan orang-orang Prancis senang melihat Petronin. ”Selamat datang di rumah!” Katanya.
https://turkinesia.com/index.php/2020/10/02/macron-tuding-islam-biang-kerok-kekacauan-dunia-saat-ini/
Pekerja kemanusiaan berusia 75 tahun itu diculik oleh kelompok bersenjata di wilayah Gao Mali utara saat tengah menjalankan misi organisasi yang membantu anak yatim piatu pada 24 Desember 2016. Tujuh bulan kemudian dia muncul dalam sebuah video yang diterbitkan oleh kelompok yang menamakan dirinya Al-Qaeda di Maghreb Islam.
Pekerja bantuan yang menderita kanker dan malaria pada saat penculikan itu terakhir terlihat lelah dan kurus dalam sebuah video yang dirilis oleh para penculiknya pada Juni 2018 di mana dia berbicara kepada putranya dan meminta bantuan Macron.
Dalam video lain pada November 2018, para penculiknya mengatakan kesehatannya semakin memburuk.
“Kementerian luar negeri Prancis memiliki bukti sejak awal Maret 2020 bahwa Petronin masih hidup,” kata putranya Sebastien Chadaud-Petronin kepada radio France Info.
“Kementerian telah berbicara tentang elemen pembuktian sejak awal Maret, tanpa memberikan rincian. Memang tidak banyak, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali,” katanya.
Arnaud Granouillac, keponakan Petronin pernah memohon kepada Macron pada musim panas 2018 lalu agar tidak membiarkan bibinya meninggal di Mali.
“Seseorang tidak bisa membiarkan seseorang mati seperti itu,” kata Arnaud Granouillac kepada AFP setelah meluncurkan seruan di televisi lokal. Saat itu Granouillac mengatakan Pétronin telah ditahan di gurun tanpa perawatan selama lebih dari 600 hari.
“Kesehatannya memburuk dari satu hari ke hari berikutnya seperti yang diilustrasikan oleh penampilannya dalam video Juni 2018,” katanya.
Macron kemudian mengeluarkan pernyataan pada 13 Juli 2018, yang mengatakan bahwa Prancis bekerja tanpa lelah untuk menemukan Petronin.
Awalnya tidak ada kelompok yang mengklaim penculikan wanita Prancis itu. Kemudian pada Juli 2017, aliansi jihadis utama di Sahel, sebuah kelompok yang terkait dengan al-Qaeda, merilis video yang menunjukkan enam orang asing yang diculik di Mali dan Burkina Faso antara 2011 dan 2017, dengan Petronin di antara mereka.
Pada 2012, bagian utara Mali berada di bawah kendali kelompok-kelompok jihadis yang terkait dengan al-Qaeda yang mengeksploitasi pemberontakan yang dipimpin oleh etnis Tuareg, meskipun sebagian besar kelompok Islamis digulingkan oleh operasi militer pimpinan Prancis yang dimulai pada Januari 2013.
Sebelum penculikannya, sejak 2004 Petronin telah menjalankan Bantuan Asosiasi amal Swiss di Gao.
Dia dibebaskan pada hari Kamis bersama pemimpin oposisi Mali Soumaila Cisse dan dua warga Italia, Pastor Pierluigi Maccalli dan Nicola Chiacchio. Sementara Cisse adalah mantan pemimpin oposisi dan calon presiden tiga kali. Dia ditangkap saat berkampanye di wilayah asalnya di Niafounke menjelang pemilihan legislatif.
Kabar pembebasan keduanya dikonfirmasi langsung oleh pihak kepresidenan Mali pada Kamis (8/10) waktu setempat. “Presidensi Republik menegaskan pembebasan Tuan Soumaïla Cisse dan Nona Sophie Pétronin. Mantan sandera sedang dalam perjalanan ke Bamako,” tulis kepresidenan Mali di Twitter, seperti dikutip dari AFP, Jumat (9/10).
“Presiden Republik telah belajar dengan sangat lega atas pembebasan Nona Jeannine ‘Sophie’ Pétronin, seorang pekerja kemanusiaan Prancis yang telah disandera di Mali selama hampir empat tahun,” kata pernyataan itu.
Menurut pers Mali, lebih dari 100 teroris telah dibebaskan dengan imbalan pembebasan sandera.
Pembebasannya dilakukan setelah junta militer menggulingkan Presiden Ibrahim Boubacar Keita dan berjanji akan memenangkan perang melawan terorisme di Mali.
https://turkinesia.com/index.php/2020/10/06/erdogan-pernyataan-macron-tentang-islam-tidak-sopan-dan-provokasi-berbahaya/
Terlepas dari kehadiran pasukan penjaga perdamaian Prancis dan PBB di Mali, kelompok bersenjata masih sangat aktif di negara Afrika Barat itu.
Al-Qaeda di Maghreb Islam telah mengaku bertanggung jawab atas serangan dan penculikan baru-baru ini di Afrika Barat.
Mantan sandera itu mengatakan dirinya bermaksud untuk kembali ke Mali demi memastikan kelompok kemanusiaan tempat dia bekerja dan yang merawat anak-anak kecil di lokasi melanjutkan misinya.
Sumber: Anadolu Agency/Shehab/Rmol
Alhamdulilah