
TURKINESIA.NET – WASHINGTON. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan telah mengembalikan sepucuk surat yang dikirimkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengancam Ankara atas operasi anti-terornya di utara Suriah.
Dia juga mengeluhkan perlakuan Washington terhadap pemimpin kelompok teror YPG/PKK.
“Saya menyerahkan surat itu kepada Bapak Presiden dan menyayangkan bahwa seorang presiden AS menunjukkan surat itu kepada seorang teroris bernama Ferhat Abdi Sahin,” kata Erdogan saat konferensi pers dengan Donald Trump di Washington, Rabu.
Sahin, yang juga dikenal sebagai Mazloum Kobani, adalah pemimpin PYD/YPG, cabang organisasi teror PKK di Suriah.
Trump telah berulang kali memuji pemimpin teroris itu dan mengatakan bahwa dia berharap bisa bertemu dengannya.
Erdogan mengatakan Sahin telah menyebabkan kematian ratusan warga Turki dan merupakan putra angkat dari Abdullah Ocalan, pemimpin PKK yang dipenjara.
“Bahwa AS, yang kami sebut mitra strategis kami, menyambut orang seperti itu benar-benar membuat kami sedih. Demikian juga, orang ini disambut oleh Rusia. Sulit untuk memahami hal ini dalam lingkup perang melawan terorisme di seluruh dunia,” kata Erdogan.
Surat yang dikirim Trump ke Erdogan pada 9 Oktober mengancam Turki dengan kehancuran ekonomi jika melanjutkan operasinya di timur laut Suriah.
Erdogan juga mengatakan dia telah menyerahkan sejumlah dokumen CIA yang menyatakan bahwa Sahin adalah seorang teroris.
“CIA juga mendokumentasikannya sebagai teroris dan mereka mengirimi kami dokumen-dokumen ini, kemudian kami menyerahkannya kepada Bapak Presiden hari ini. Kami juga mengembalikan surat itu,” tambah dia.
Turki meluncurkan Operasi Mata Air Perdamaian pada 9 Oktober untuk mengamankan perbatasannya dengan menghilangkan unsur-unsur teroris guna memastikan kembalinya pengungsi Suriah dengan aman dan integritas wilayah Suriah.
Pada 17 Oktober, AS dan Turki mencapai kesepakatan untuk menghentikan operasi untuk memungkinkan penarikan pasukan teroris YPG/PKK dari zona aman guna memulangkan jutaan pengungsi Suriah.
Sumber:Â Anadolu Agency Indonesia