
TURKINESIA.NET – Syekh Badiuzzaman Said Nursi dalam bukunya, Tuntutan Generasi Muda, mengungkapkan dua peristiwa penting yang pernah beliau alami:
Peristiwa pertama: Orang yang menelaah sejarah hidupku mengetahui bahwa selama dua tahun aku tinggal di rumah gubernur, almarhum Umar Pasya, di Bitlis ketika umurku sekitar dua puluh tahun. Hal itu karena ia terus meminta dengan amat sangat serta karena begitu hormat kepada ilmu dan ulama.
Ia memiliki enam orang anak perempuan; tiga orang masih kecil dan tiga lainnya sudah dewasa. Meskipun aku tinggal bersamanya selama dua tahun dalam satu rumah, namun aku tidak bisa membedakan antara ketiga anak perempuannya yang sudah dewasa itu. Pasalnya, aku tidak pernah memandang mereka secara sengaja untuk mengenali dan membedakan mereka.
Hingga akhirnya pada suatu hari seorang ulama singgah bertamu kepadaku. Hanya dalam tempo dua hari, ia bisa mengenali dan membedakan antara ketiga anak perempuan itu. Ketika itulah orang-orang di sekitarku merasa heran kepadaku lantaran tidak mengenali ketiga anak perempuan tersebut.
Merakapun bertanya, “Mengapa engkau tidak memandang mereka?”
Ketika itu aku menjawab, “Sikap menjaga kemuliaan ilmu menghalangiku untuk melihat yang haram.”
Peristiwa kedua: Dalam sebuah festival yang diadakan di Istanbul 40 tahun yang lalu (40 tahun lalu, ketika Syekh Said Nursi menceritakan kejadian ini) di mana acara itu ramai luar biasa, ribuan wanita Istanbul, Balkania, dan Armenia, berbaris dalam kondisi berpakaian tetapi “telanjang” di tepi teluk yang membagi Istanbul menjadi dua bagian. Aku bersama Sayyid Thaha dan Sayyid Ilyas (keduanya anggota parlemen) menaiki sebuah perahu untuk pergi ke ujung teluk di mana festival tersebut diadakan di sana.
Perahu tersebut lewat di hadapan para wanita itu. Aku sama sekali tidak tahu kalau ternyata Tuan Thaha dan Haji Ilyas telah sepakat untuk mengamati diriku secara bergantian serta mengujiku apakah aku memandang para wanita tersebut atau tidak. Satu jam kemudian setelah berkeliling dengan perahu itu, barulah mereka mengakuinya.
[adinserter name=”Block 1″]
Mereka berkata, “Engkau membuat kami terheran-heran. Engkau sama sekali tidak mengarahkan pandangan kepada mereka.”
Aku menjawab, “Aku tidak mau mengecap kenikmatan temporer yang hina dan bercampur dosa, karena ia akan melahirkan kepedihan dan akan berakhir dengan penyesalan.”
[Sumber: Said Nursi, Tuntutan Generasi Muda, Hlm. 147-148]