
Turkinesia.net – Ankara. Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengirim “peringatan” kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa, mengatakan bahwa Hamas merupakan gerakan perlawanan, bukan kelompok teroris.
Dalam sebuah postingan twitter, presiden mengatakan bahwa warga Palestina bukan teroris dan Hamas hanya membela tanah air Palestina melawan Israel sebagai kekuatan penjajah.
Sebelumnya pada hari itu, Erdogan telah menyebut Netanyahu sebagai “Perdana Menteri dari sebuah negara apartheid yang telah menduduki lahan penduduk yang tidak berdaya selama 60 tahun lebih yang melanggar resolusi PBB.
“Dia memiliki darah warga Palestina di tangannya dan tidak bisa menutupi kejahatan dengan menyerang Turki,” kata Erdogan di sebuah postingan Twitter dalam bahasa Inggris sebagai tanggapan atas pernyataan sebelumnya yang dibuat oleh Netanyahu.
“Ingin pelajaran tentang kemanusiaan? Baca 10 perintah (taurat, red).”
Selasa pagi, Netanyahu telah menulis di twitternya: “Erdogan adalah salah satu pendukungterbesar bagi Hamas, jadi tidak diragukan lagi dia ahli dalam teror dan pembantaian.”
Erdoğan menyebut Israel sebagai “negara teror” dan mendakwanya melakukan “genosida” pada hari Senin setelah pembunuhan 62 warga Palestina dalam aksi protes di sepanjang perbatasan Gaza sebagai perlawanan terhadap peresmian kedutaan AS di Yerusalem. Tindakan Trump telah menyulut kecaman internasional Desember lalu ketika dia secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel dan bersumpah untuk merelokasi kedutaan Washington ke kota tersebut.
Relokasi kedutaan itu bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirinya negara Israel pada tahun 1948 – sebuah peristiwa yang oleh orang Palestina disebut sebagai “Nakba” atau “Malapetaka”.
Ribuan warga Palestina berkumpul di perbatasan timur Jalur Gaza pada Senin pagi untuk ikut serta dalam protes yang ditujukan untuk memperingatiperistiwa Nakba dan memprotes merelokasi Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
kementerian kesehatan Gaza mengatakan, sebagian besar warga Palestina yang tewas pada hari Senin ditembak oleh penembak jitu Israel, termasuk seorang bayi berusia 8 bulan yang meninggal karena menghirup gas air mata bersama dengan delapan anak di bawah usia 16.
Setelah kekerasan mematikan Israel terhadap warga Palestina, Turki menarik duta besarnya di Israel dan AS untuk konsultasi dan menyatakan tiga hari berkabung nasional. Afrika Selatan juga memanggil kembali duta besarnya.
Sejak demonstrasi di perbatasan dimulai pada 30 Maret, lebih dari 100 demonstran Palestina telah tewas oleh tembakan Israel lintas-perbatasan, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. [Daily Sabah]